Selasa, 27 Mei 2008

Definisi krisis dan intervensi

Pengertian

Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau mengancam yang dirasakan pada individu. Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat diidentifikasikan. Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukan dapat merupakan periode peningkatan ansietas. Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukan dapat merupakan periode peninhkatan kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal.

Jenis krisis

a. Krisis perkembangan terjadi sebagai respon terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (mis., beranjak dari remaja ke dewasa).

b. Krisis situasional terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (mis.,kematian orang yang dicintai).

c. Krisis adventisius terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat dan bahkan negara.

Penatalaksanaan Krisis : Intervensi krisis

A. Bantuan

1. Bantuan untuk individu yang mengalami krisis meliputi konseling melalui telepon, hotlines dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi).

2. Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.

a. Tim bantuan krisis. Tim interdisipliner ini memberikan layanan bagi kelompok atau komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu.

b. Tim bantuan bencana. Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-segmen besar populasi yang terkena bencana alam.

c. Konseling stres akibat krisis. Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional,seperti petugas rumah sakit, polisi, dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.

B. Peran perawat. Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis dan bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994).

1. Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespon terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi dan kematian.

2. Perawat di lingkungan masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah) memberikan bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.

3. Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi di mana krisis dapat terjadi.

a. Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.

b. Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatuk atau anak menjelang ajal.

c. Keperawatan medikal bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosa penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian atau menjelang ajal.

d. Keperawatan gerontologik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah perawatan.

e. Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.

f. Perawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi akibat penyekit jiwa, stresor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh diri.

4. Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu mengatasi situasi krisis.

C. Prinsip intervensi krisis

1. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis.

2. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu.

3. Dalam intervensi krisis pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematik (seperti proses keperawatan) yang meliputi :

a. Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji kelebihan dan kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.

b. Merencanakan hasil yang spesifik atau tujuan yang didasarkan pada prioritas.

c. Memberikan penanganan langsung. (mis., menyediakan rumah singgah bila klien diusir dari rumah, merujuk klien ke “rumah perlindungan” bila terjadi penganiayaan oleh suami atau istri).

d. Mengevaluasi hasil dari intervensi.

4. Hierarki Maslow. Kerangka kerja Hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat membantu menemukan prioritas intervensi.

a. Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (mis., makanan, rumah singgah, keselamatan).

b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (mis., dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dukungan komunitas).

c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (mis., penguatan yang positif, pencapaian tujuan)

5. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi berikut ini.

a. Membentuk hubungan dan mengkomunikasikan harapan serta optimisme.

b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.

c. Memberikan anjuran dan alternatif (mis., membuat rujukan kelembaga yang tepat)

d. Membantu klien memilih alternatif.

e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya yang diperlukan klien.

Sumber :

Isaacs, Ann. 2004.Keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta. EGC,

0 komentar: